Malang betul nasib remaja perempuan ini, belum genap 18 tahun dia sudah harus bekerja menjual diri demi melunasi utang ayahnya.
Tragisnya, perempuan berinisial R asal Parepare, Sulawesi Selatan, ini dijerumuskan oleh ibu tirinya sendiri.
Karena terlibat praktik jual beli orang, RA, ibu tiri R, kini mendekam di tahanan Mapolres Kota Palopo setelah Komnas Perlindungan Perempuan dan aparat keamanan menangkap saat hendak bertransaksi dengan pria hidung belang.
Kasat Reskrim Polresta Palopo AKP Amos Bija, Membenarkan bahwa RA ditahan dalam kasus penjualan anak di bawah umur.
Tersangka dijerat pasal berlapis, yakni undang-undang perdagangan orang (human trafficking), eksploitasi, serta tindakan dengan tanpa persetujuan korban.
Tersangka diancam hukuman minimal 3 tahun dan maksimal 15 tahun kurungan penjara atau denda minimal Rp120 juta dan maksimal Rp600 juta.
Saat teman-teman sebayanya sekolah, R malah sibuk mengumpulkan uang dengan menjajakan diri pada pria hidung belang. Pekerjaan itu terpaksa dilakoni sejak Februari lalu demi melunasi utang sang ayah.
Sejak itu, R meninggalkan bangku kelas dua sekolah SMA di :Parepare.
R dibawa ibu tirinya dari kota Parepare ke Palopo tujuan awalnya untuk mendampingi ibu tiri yang bekerja sebagai tukang pijit. Namun ternyata R dijual pada pria hidung belang. Korban pun terpaksa mengikuti keinginan ibu tirinya.
Kejadian ini terbongkar setelah warga mengadukan yang curiga melaporkna kasus ini kepada Fatmawati Syam, pemerhati perempuan dan aktivis Komnas Perlindungan Perempuan.
Fatmawati kemudian mengadukan kasus penjualan ini ke polisi.
Belakangan terbongkar bahwa R sengaja dipekerjakan oleh ibu tirinya untuk membayar utang ayahnya sebesar Rp30 juta. Kini utang itu sisa Rp6 juta setelah R bekerja sekira 2 bulan.
Anehnya, sang ayah tidak mengetahui pekerjaan anaknya. Dia mengaku syok setelah mengetahui istrinya menjual R.
Sampai saat ini belum jelas bagaimana masa depan R. Terlebih korban mengaku tidak mau kembali kepada ayahnya. Alasannya, sang ayah ternyata kerap berbuat kasar dan menganiayanya.
0 Comments:
Post a Comment