efek tiga dimensi dan menghasilkan gambar secara bersamaan, tidak bergantian seperti pada shutter glasses.
Product Marketing Flat Panel Displays LG Indonesia, Lim Erwin mengatakan FPR yang dibenamkan pada kacamata membuat tampilan dua kali lebih terang karena bebas cairan kristal. Tingkat terangnya mencapai 150 nit dibanding shutter glasses yang hanya 80 nit. "Teknologi ini juga bebas gelombang elektromagnetik dan tidak perlu diisi ulang," kata Lim di Jakarta, kemarin.
Selama ini pengguna kacamata tiga dimensi sering mengeluh pusing atau berkunang-kunang setelah menyaksikan tayangan tiga dimensi karena pada umumnya kacamata tersebut cukup berat dan membuat pengguna tidak bisa bergerak bebas. Biasanya ketika memakai kacamata 3D, kepala pengguna harus tegak dan fokus pada angle yang sempit.
Selain itu kacamata 3D mengandung cairan elektromagnetik dan ada baterai yang membuatnya terhubung dengan televisi 3D. "Ini yang membuat mata lekas lelah dan kepala pusing," kata Lim.
Dengan kacamata berlapis FPR, menurut Lim, kacamata tiga dimensi LG sangat ringan dan cukup nyaman dipakai. Sudut pandang ketika menonton pun lebih lebar. "Mata jadi lebih sehat dan pengguna bisa lebih leluasa menonton konten 3D dari sudut pandang manapun," ujarnya.
Selain kacamata 3D yang unik, Lim menambahkan, televisi 3D LG juga mempunyai fitur konversi konten 2D ke 3D dengan menggunakan teknologi pemecah gambar. LG melakukan pengaturan konversi hingga 20 kali lipat dan menghasilkan gambar yang lebih tajam dan dalam.
Televisi berteknologi FPR ini rencananya akan meluncurkan pada kuartal kedua bulan depan dalam seri Edge LED ukuran 32 inci, 40 inci dan 55 inci. Soal harga, Lim belum bersuara.
0 Comments:
Post a Comment