"Aturan main itu tentunya harus mengatur juga masalah porsi keuntungan ideal bagi operator dan pengembang," kata Johnny Swandi Sjam, Ketua Komtap Bidang Telekomunikasi Kadin di Jakarta.
"Dumb pipe" merupakan kondisi di mana operator hanya sebagai penyalur data saja tanpa memperoleh benefitapa-apa dari trafik tersebut. Benefit tak diperoleh karena internet sejatinya mengusung azas network neutrality.
Namun demikian, kondisi ini dianggap merugikan operator dan industri dalam negeri. Sebab, bandwidthyang seharusnya bisa dialokasikan untuk mengakses aplikasi lokal, misalnya, malah habis terbuang untuk koneksi internasional.
"Jika tidak segera diterbitkan aturan main untuk para pengembang aplikasi di era konvergensi, teriakan yang keras di Amerika Serikat tentang debat network neutrallitysepertinya juga akan terjadi di Indonesia," ucap Johnny.
Business Development Director Ericsson Indonesia, Sigit Permana menyarankan, untuk mengantisipasi datangnya era gelombang ketiga operator harus membangun jaringan yang pintar mengelola trafik data agar tidak hanya menjadi pipa penghantar yang berujung kepada membebani jaringan dan menggerus keuntungan.
Menurutnya, langkah untuk menjadi smart pipe bisa dilakukan dengan memilah-milah pola akses data melalui titik-titik tertentu.
"Jika pelanggan dipaksa mengakses melalui titik yang ditentukan, operator mendapatkan keuntungan berupa database dan profiling dari pelanggan. Nantinya ini bisa menjadi alat negosiasi dengan penyedia konten untuk mendapatkan sharing revenue. Selain itu, pola ini juga akan menekan jaringan tidak terbebani dengan penggunaan data yang berlebihan," jelasnya.
Menurutnya, pasar machine to machine adalah segmen yang belum digarap secara optimal oleh operator selama ini. "Pasar ini sangat menjanjikan karena merupakan mainan baru. Apalagi ARPU atau average revenue per user dari segmen ini cenderung stabil," jelasnya.
0 Comments:
Post a Comment