Anda tentu menyadari, menghabiskan terlalu banyak waktu untuk bermain video game merupakan kebiasaan tidak sehat. Bahkan, anak yang kecanduan video game cenderung mengalami depresi, gelisah, dan mendapatkan nilai buruk di sekolah.
Lantas, bagaimana mengategorikan seorang anak kecanduan video game atau obsesif? Anak-anak yang rata-rata bermain video game selama 31 jam atau lebih dalam sepekan, diklasifikasikan sebagai obsesif dan lebih mungkin memiliki masalah kesehatan mental dan prestasi akademis yang buruk.
Faktor risiko
Suzanne Roberts dari Westside Counseling Services mengungkapkan, ada empat faktor risiko seorang anak kecanduan video game:
1. Sejarah kecanduan dalam keluarga: Jenis kecanduan apa pun dalam sejarah keluarga, mulai dari obar-obatan, alkohol, atau berjudi, bisa diwariskan secara turun temurun.
2. Game mengambil alih kehidupan anak: Apakah buah hati Anda lebih memilih bermain video game dibandingkan bermain dengan teman-temannya, makan, bercengkrama bersama keluarga, dan tidur?
3. Tidak tertarik melakukan aktivitas lain: Jika anak berhenti melakukan aktivitas lain yang dulu disukainya, seperti bermain gitar, karena dia cuma ingin bermain video game, hal ini bisa menjadi indikasi kecanduan video game.
4. Meraih kemenangan: Semakin sering anak menang dalam permainan, semakin termotivasi dirinya untuk bermain lebih lama.
Solusi
Akademi Pediatrik Amerika merekomendasikan orang tua untuk membatasi penggunaan komputer dan video game oleh anak, maksimal dua jam perhari.
Sementara itu, Roberts merekomendasikan orang tua memberikan waktu tertentu bagi anak untuk bermain video game, dan menyimpan video game di ruang keluarga atau ruang bersama lainnya, sehingga mereka tidak dapat mengisolasikan diri.
Trik lain, ganti permainan yang mengandung unsur kekerasan dengan permainan lain yang bersifat mendidik. Dorong mereka untuk bermain video game secara berkelompok, supaya tetap dapat menjalin interaksi sosial.
0 Comments:
Post a Comment